-
Tapi Rindu
Kembang tak pernah mengeluh, Pada angin yang membuatnya jatuh. … Pasir tak pernah berisik, Saat laut mendadak surut, atau beriak naik. … Sementara aku terus mengeluh. Tentang jarak yang membuatku rapuh. … Sungkan aku pada kembang, Malu aku pada pasir, Tapi aku takluk, Pada rindu. … Jogja-Lund 18 Juli 2016 →
-
Cinta dalam Secangkir Kopi
Belakangan ini, aku sering memesan kopi kesukaanmu. Kopi berasa yang kau tahu pasti tak pernah kusuka. Tapi aku memesannya bukan karena telah berganti selera. Aku memesannya karena cinta. Karena kita. Ya, kita. Dengan memesannya, kubayangkan kau tengah duduk di sampingku. Menikmati setiap teguk kopi favoritmu itu. Dengan memesannya, kuharapkan kau ada di sisiku. →
-
Kita, dan Kesunyian Masing-masing
Di sana, Kau berkawan dengan bosan. Sepi tak henti berlalu lalang. Dan lengang menjelma rindu, Mengetuk-ngetuk pintu kesabaranmu. Di sini, Keterasingan menjadi rutin. Sepi mampir saban hari. Dan rindu menjelma harapan. Mendamba pelukmu barang sebentar. Jarak merengkuh kita dalam nasib yang sama. Memunculkan hening. Menyemaikan nelangsa. Ah, Kita dan kesunyian masing-masing… Jogja-Lund →
-
Hari kedua puluh empat di bulan itu
Dan masih saja kuteringat, Pada bulan itu di hari yang kedua puluh empat, Pada senja yang menyapa sesaat Pada hangat, Secangkir kopi dan segelas teh pekat. Ah, bagaimana aku bisa lupa? Pada rintik yang mengurung kita di perbatasan Jogja, Pada kata yang kau rangkai tanpa jeda, Pada jiwa, Yang tiba-tiba saja merasa bahagia. Tanpa →
-
Kosakata Asmara
Sudah lupakah kamu? Pada kosakata asmara yang mesra kita umbar di waktu-waktu dulu? Sudah lupakah kita? Pada peribahasa cinta yang menghiasi hari-hari kita nyaris tanpa jeda? Mengapa kini tak lagi ada kata bersalut gula? Kalimat berbalut rayuan gombal? Atau frase penuh bisikan rindu? Barangkali kita hanya kehabisan diksi Atau mungkin kata-kata tak diperlukan lagi Mungkin →