
Dan masih saja kuteringat,
Pada bulan itu di hari yang kedua puluh empat,
Pada senja yang menyapa sesaat
Pada hangat,
Secangkir kopi dan segelas teh pekat.
Ah, bagaimana aku bisa lupa?
Pada rintik yang mengurung kita di perbatasan Jogja,
Pada kata yang kau rangkai tanpa jeda,
Pada jiwa,
Yang tiba-tiba saja merasa bahagia.
Tanpa kita mau,
Takdir bermula di hari kedua puluh empat di bulan itu.
Tanpa kita tahu,
Hati sepakat meluruskan niat dan menggenapkan rindu,
Sore itu.
Jogja, 24 Mei 2006 – 24 Mei 2013
Leave a Reply