Seperti yang sudah saya janjikan di sini, saya akan menuliskan perjalanan ke Bandung, Desember lalu di platform ini. Road trip ke Bandung tersebut merupakan road trip terjauh kami sejak pulang ke Indonesia. Sebelum-sebelumnya, saya dan suami selalu “reluctant” kalau dihadapkan dengan opsi menyetir jarak jauh. Selain karena kami sama-sama tidak terlalu suka menyetir, juga karena sebenarnya kami lebih suka bepergian dengan kendaraan umum terutama kereta.

Namun, karena total harga tiket PP Jogja-Bandung untuk berempat yang lumayan mahal menjelang liburan akhir tahun kemarin, kami memutuskan untuk mengendarai kendaraan pribadi saja. Setelah dibuat tabel komparasi, ternyata selisihnya cukup signifikan, terutama karena ketika di Bandung, kami ada acara keluarga yang tidak memungkinkan untuk kemana-mana naik angkot.

Maka, setelah sepakat untuk road trip, kami pun menyiapkan kendaraan dan juga fisik dan mental kami serta anak-anak. Dari mulai servis rutin kendaraan (kebetulan jadwalnya pas sebelum kami berangkat), belanja pasokan makanan untuk membuat anak-anak anteng saat berkendara, menentukan rute dan titik pemberhentian, hingga sepakat berbagi kilometer.

Kami berangkat dari Jogja pukul 06.30 WIB, memutuskan untuk lewat Boyolali karena menurut salah satu kawan yang sering bolak-balik Semarang-Solo, waktu tempuhnya lebih cepat dan tidak macet. Cepetnya memang iya sih, tapi ternyata Google Map memilihkan jalur alternatif sehingga rasanya seperti salah jalan 😅.

Setelah perjalanan sekitar 2,5 jam dari gerbang tol Boyolali, kami memutuskan berhenti sebentar di Rest Area kecil di Semarang untuk meregangkan otot-otot yang kaku karena duduk berjam-jam dan toilet break. Tak lama kemudian, kami melanjutkan perjalanan lalu istirahat siang sekaligus sholat Jumat di Rest Area KM 260B Banjaratma, Brebes.

Rest Area ini kami pilih karena sejarah tempatnya yang unik yaitu bekas pabrik gula yang didirikan oleh N.V Cultuur Maatschappij, sebuah perusahaan perkebunan yang berpusat di Amsterdam pada tahun 1908. Sayangnya, ketika sampai di sana, selain bentuk bangunannya yang masih sisa-sisa peninggalan lama, rest area tersebut tidak terlalu menawarkan keunikan yang lain. Jadi hanya semacam tempat makan di bekas pabrik gula. Ada sih papan informasi terkait sejarah pabrik gula tapi sejujurnya ketika pertama kali mendapatkan info tentang rest area ini, kami berharap sesuatu yang lebih dari sekedar tempat makan.

Setelah makan siang, order kopi dan sholat Jumat (yang berakhir dengan sandal Z hilang :D), kamipun melanjutkan perjalanan. Kali ini giliran saya yang nyetir. Dan itu adalah pengalaman pertama saya nyetir di jalan tol. Maklum, di Jogja, jalan tol-nya baru dibangun, jadi pengalaman saya yang mendekati menyetir di jalan tol hanyalah sebatas nyetir di Ring Road :D. Buat saya pribadi, tantangan menyetir di jalan tol adalah kantuk, heheheh. Apalagi ketika jalan tol tidak terlalu ramai seperti kemarin. Kopi menjadi penyelamat meskipun sebenarnya ga ngefek-efek amat. Playlist dengan pilihan lagu yang tepat menurut saya lebih bermanfaat (lagu-lagu BTS misalnya, eh 😀 )

Kami memutuskan untuk keluar tol di Subang dan stay semalam di Lembang karena ada beberapa urusan yang perlu dilakukan di sana. Jelang Maghrib kami sampai di penginapan. Lembang langsung menyambut kami dengan pemandangan cantik dan suhu 18 derajat.

Dua Jam di Lembang Park&Zoo

Mumpung di Lembang, paginya setelah check out, kami putuskan untuk mampir ke Lembang Park & Zoo karena ternyata lokasinya sangat dekat dengan tempat kami menginap. Tapi berhubung kami sudah ditunggu saudara-saudara suami karena sebenarnya alasan utama kami ke Bandung adalah untuk menghadiri pernikahan sepupu suami di Cimahi, maka kami hanya punya waktu di Lembang Park & Zoo kurang dari dua jam.

Waktu yang sangat terbatas itu dimanfaatkan dengan menuruti maunya H & K seperti naik kuda poni, memberi makan harimau, jajan waffle, dan sejenisnya. Meskipun sebentar, pengalaman kami mengunjungi mini zoo ini bisa dibilang sangat menyenangkan. Selain bersih, koleksi hewan-hewannya terawat dengan baik dan lumayan banyak, fasilitasnya juga oke dan memudahkan pengunjung. Layak dicoba oleh berbagai usia. Belakangan saya baru tahu ternyata kebun binatang ini juga populer di kalangan artis. Jadi silakan ke sini kalau sedang di Lembang. Siapa tahu ketemu sepupunya Raff* A**mad 😀

Menghadiri Pernikahan Sepupu

Karena waktu yang semakin mepet, kamipun bergegas menuju Cimahi untuk menemui keluarganya Z yang sudah sampai di sana terlebih dahulu. Untuk acara pernikahan ini, kami dipesankan apartemen di daerah Cimahi bersama keluarga yang lain, tak jauh dari gedung acara. Acara pernikahannya sendiri baru keesokan harinya, tapi seperti lazimnya pernikahan, banyak hal yang harus disiapkan di H-1, jadi begitu sampai, Z langsung sibuk sebagai bagian dari panitia sementara saya hanya catching up dengan keluarga yang sudah lama tidak bertemu, hehe. Lalu keesokan harinya, rangkaian acara pernikahannya pun dimulai.

Acara berlangsung hingga siang, dan karena kami masih belum sepenuhnya pulih dari perjalanan berangkat, kami memutuskan untuk stay di Bandung dulu supaya bisa beristirahat.

Bersua Kawan Lama, Bertemu Teman Baru

Kunjungan ke Bandung kali ini adalah yang pertama untuk K. Maka meskipun membawa kendaran sendiri, kami lebih banyak ke sana-sini dengan berjalan kaki dan sekali naik angkot supaya K mendapatkan pengalaman yang lengkap. Tapi begitu kami duduk di dalam angkot, komentar K adalah ” Why do they keep the door open? It’s not safe”. Duh, dasar anak Swedia 😀

Sebenarnya, kami tak banyak mengeksplorasi Bandung dalam kunjungan kali ini. Selain karena sudah cukup capek dengan perjalanan road trip dan acara keluarga, juga karena dalam 5 tahun terakhir, kami selalu ke Bandung setiap kali pulang ke Indonesia. Lokasi riset Z, salah satunya memang di Bandung, jadi kami selalu memasukkan kota ini ke dalam itinerary, sehingga beberapa sudut-sudutnya sudah sering kami kunjungi.

Dan karena alasan itu, ketika teman saya mengajak untuk bertemu di Seroja Bake, saya langsung mengiyakan. Selain karena kafe unik ini belum pernah saya sambangi, salah satu menu di sana adalah pavlova, dessert favorit saya selain Budapest Cake, jadi cocoklah dengan maunya saya. Hehe. Begitu sampai di sana, kami malah sempat bertemu dengan kawan lain yang baru selesai makan siang di tempat yang sama. Sungguh sebuah kebetulan yang menyenangkan.

Road trip ke Bandung memang melelahkan. Sewaktu pulang, saya bahkan hampir ambruk saking ngantuknya. Tapi pengalamannya sebanding lah dengan energi yang dikeluarkan. Dan yang terpenting, ternyata road trip tidak serempong yang saya (atau kami) bayangkan sebelumnya. Kapan-kapan bisa dicoba lagi 🙂

Dari kumpul-kumpul pernikahan hingga bertemu kawan; Dari kehujanan beli mie kocok hingga berburu diskon di distro; Dari ngenalin K naik angkot hingga pertama kali nyetir mobil sendiri dan muter-muter karena banyaknya jalan satu arah, Bandung selalu memiliki tempat spesial di hati saya.

Dear Bandung, sampai jumpa lagi!

Leave a comment

The author

Hayu Hamemayu is a word bender, whose work has appeared in The Conversation Indonesia, The Jakarta Post, Media Indonesia, Kompas, Majalah Kartini, Indonesia Travel Magazine, and The Newbie Guide to Sweden among others.

A WordPress.com Website.