Kali Ketiga Melancong Ke Pulau Pinang

Sejak akhir 2015 lalu, terhitung sudah tiga kali saya mengunjungi Pulau Pinang (Penang), negara bagian di semenanjung barat laut Malaysia. Awalnya sekadar mengikuti suami yang melakukan penelitian di kota ini. Tapi lambat laun, saya pun mulai menyukai Penang dan menganggapnya sebagai rumah singgah yang kesekian (mana-mana dianggap rumah pokoknya, dasar nomaden! 😆😆).

Salah satu hal yang membuat saya menyukai kota ini adalah perasaan bahwa waktu terasa terbekukan di Penang. Menjelajahi pusat kota ini seperti masuk dalam salah satu adegan film Warkop DKI “Jodoh Bisa Diatur” yang saya tonton berulang-ulang semasa kecil. Satu episode yang menceritakan bagaimana Dono, Kasino, Indro datang ke Malaysia untuk mencari kekasih hati Dono dan anaknya, yang bernama Rios atau si Montok. Film ini terekam kuat di benak saya karena satu kalimat: “Itu bukan Rios, itu anak kingkong”. 😅😅 (Yang nak bernostalgia dengan film itu sila datang di mari. 😄)

Penang terasa seperti masa lalu: motor bebek tahun 1980an berkeliaran, warung-warung dengan atap seng di mana-mana, jajanan-jajanan yang dulu ada semasa kecil masih banyak tersedia. Sudut-sudutnya pun terasa akrab dan familiar. Di Penang saya belajar tentang kesederhanaan (meski beberapa orang mengkritiknya sebagai keengganan untuk keluar dari zona nyaman 😀 ). Di Penang pula saya belajar tentang tradisi banyak etnis yang masih dijalankan secara rutin dalam kesehariannya, yang dulu hanya bisa saya lihat di film-film 🙂 .

Saya tahu, sudah banyak tulisan yang mengupas apa yang harus dikunjungi, dilakukan, dan dimakan di kota ini. Saya sendiri sudah menuliskan dua hal tentang Penang di sini, dan di sini. Jadi, dalam postingan kali ini, saya (hanya) akan membuat daftar makanan-makanan favorit saya di Penang saja. Siapa tahu berguna sebagai referensi, jika salah satu dari kalian berniat mengunjungi Penang suatu saat nanti. 🙂

1. Nasi Kandar Deen’s Maju

Sebagai negara bagian yang diklaim paling multikultur, Penang memang kaya dengan makanan-makanan eksotis hasil perpaduan etnis-etnis yang bermukim di sana. Salah satu Penang’s signature dish yang paling terkenal adalah Nasi Kandar. Nasi kandar, secara sederhana, dapat dipahami sebagai perpaduan antara Nasi Padang dan Nasi Rames. Haha. Intinya adalah nasi dengan lauk dan sayur yang disiram dengan kuah kari beraneka rupa. Kata “Kandar” sendiri, sebenarnya merujuk pada keranjang (semacam tenong kalau di Indonesia). Nasi Kandar memang awalnya dijual secara berkeliling menggunakan kandar yang dipikul, sehingga muncullah istilah Nasi Kandar.

Tentu saja ada banyak Nasi Kandar yang enak di Penang. Sebut saja Nasi Kandar Kassim, Line Clear, Kassim Mustafa, dan seterusnya. Tapi sejak kunjungan saya yang terakhir, favorit saya adalah Nasi Kandar Deen’s Maju yang terletak di Jalan Gurdwara, George Town. Buka dari jam 2.30 siang hingga 11 malam, Nasi Kandar Deen’s Maju menawarkan sebagaimana umumnya nasi kandar yang ada di Penang. Namun, yang spesial adalah ayam gorengnya yang sedap luar biasa, pilihan lauknya yang bervariasi dan porsinya yang pas (tidak berlebihan) buat saya. Tantangan menyantap makanan yang kaya rempah adalah bagaimana caranya supaya perut tidak cepat eneg. Dan menurut saya, Nasi Kandar Deen’s Maju paling pas dalam menjawab tantangan itu. Buktinya, hampir setiap hari saya makan di sana. (Itu mah kamunya yang doyan, Hay! 😀 )

12346442_10156393452210094_3765555187676485571_n
Street art yang menceritakan sejarah Nasi Kandar

2. Putu Mayong (Putu Mayom) dekat Penang Times Square

Jajanan ini saya temukan saat mengunjungi Penang kali kedua, dan saya pun dibuat jatuh cinta dengan rasanya yang gurih dan manis sekaligus. Sayangnya, tak banyak pedagang yang masih menjual Putu Mayong di Penang. Salah dua yang pernah saya lihat hanya di Jalan Dato Keramat, beberapa meter dari Penang Times Square dan di Jalan Air Itam arah ke Bukit Penang. Berbentuk menyerupai bihun, putu mayong dibuat dari tepung beras, parutan kelapa dan gula. Putu mayong adalah salah satu jajanan yang kerap saya beli setiap kali ke Penang. Saking sukanya, saya selalu tak sempat memfoto penampakan Putu Mayong sebelum dimakan 😀 . Foto di bawah dipinjam dari sini.

3. Nasi Lemak Ali

Versi Malaysia dari Nasi Gurih plus Nasi Kucing ini adalah salah satu street food yang paling gampang ditemui di Penang. Di antara sekian banyak penjual yang menjual nasi lemak, favorit saya adalah Nasi Lemak Ali yang berlokasi di Lebuh Pantai. Perpaduan nasinya yang hangat dan sambalnya yang pas di lidah, membuat nasi lemak yang satu ini selalu dicari pembeli (baik turis maupun penduduk lokal). Tak heran menjelang siang banyak lauk yang tidak lagi tersedia. Favorit saya adalah Teri Telor dan Udang. Lauk yang lain di antaranya adalah Ikan, Sotong, Ikan Asin dan Ayam.

4. Coconut Ice Cream Lebuh Canon

Jalan-jalan di Penang, kapanpun musimnya, selalu akan berurusan dengan lembabnya udara dan teriknya matahari. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan menyantap es krim kelapa yang mudah ditemui di Lebuh Canon, George Town. Rasanya mirip dengan es puter yang ada di Indonesia, tapi dengan tekstur yang lebih lembut. Dipadu dengan daging kelapa muda segar dan kacang tanah, coconut ice cream adalah solusi yang tepat kala dilanda lelah (halah! 😀 )

img_5344-1

5. Maj Capati Lebuh Ah Quee

Kami menemukan warung makan ini secara tak sengaja pada kunjungan pertama ke Penang. Dengan niat berteduh dan melepas lelah usai berburu street art, kami pun singgah di warung yang tempatnya lebih menyerupai garasi ini 😀 . Siapa sangka, warung makan ini menawarkan menu makan yang istimewa. Tak heran warung ini selalu dipadati pembeli. Favorit saya adalah capati, atau roti tipis khas India, yang bisa disantap dengan irisan daging sapi/ayam, aneka kuah kari, dalcha, dan sejenisnya. Penjualnya yang ramah dan senang bercanda menjadi bonus tersendiri. Hal lain yang selalu membuat saya takjub adalah kemampuan penjualnya mengingat sekian banyak pesanan tanpa mencatatnya :D.

6. Tandoori Kapitan

Restoran Kapitan adalah salah satu restoran yang paling banyak dikunjungi dan diulas di Penang. Lokasinya yang di Lebuh Chulia dan dekat dengan Litlle India, memang membuatnya gampang diakses turis. Restoran Kapitan menawarkan banyak menu, tapi yang pernah saya coba, dan yang menurut saya enak adalah Ayam Tandoori-nya. Warna merahnya yang khas, juga sensasi rasa asap hasil panggangan yang tidak pahit, membuat saya sepakat bahwa tandoori chicken di restoran ini adalah the best in town.

7. Bubur Ali Lebuh Trang

Bosan dengan menu yang berat nan pekat, datanglah ke Lebuh Trang untuk menikmati beraneka bubur dari warung Pak Ali. Dari mulai bubur kacang hijau, bubur pulut (ketan) hitam, dan bubur gandum (jenang sumsum), semua bisa dinikmati di warung sederhana yang terletak di belakang Gama Corner ini. Oh ya, sebaiknya makan di tempat saja karena kalau bungkus lebih mahal. Hihihi.

Tak berlebihan memang jika Penang dinobatkan sebagai surga makanan. Saya sih setuju, kalau kamu?

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

A WordPress.com Website.

%d bloggers like this: