Ini kali kedua saya ke Penang. Kali pertama adalah sekitar akhir tahun lalu, ketika saya mendampingi suami melakukan kerja lapangan untuk proposal disertasinya. Kali kedua ini, saya pun kembali mendampingi suami, menelusuri lorong-lorong jalanan, demi mencari aksi kreatif dan budaya partisipatis dalam kehidupan sehari-hari (creativism, participatory culture and everyday life), yang menjadi topik riset doktoral suami saya.
Meski tak banyak yang berubah setelah satu tahun, Penang masih mempesona saya dengan caranya sendiri. Kota yang dinobatkan sebagai salah satu kota heritage di Asia Tenggara ini memang menawarkan banyak hal. Salah duanya adalah seni jalanan (street art) dan jajanan pinggir jalan (street food).Menjelajah Penang memang tak lengkap rasanya tanpa berburu karya-karya seni yang bertebaran di jalan-jalan Penang, terutama Georgetown. Bahkan bagi mereka-mereka yang sudah pernah ke Penang sebelumnya. Selalu ada sudut-sudut artwork yang baru, atau karya lama yang dipoles lagi, sehingga para pelancong tak akan kehabisan atraksi. Pemerintah setempat seolah mengerti gejala turisme masa kini yang lebih mementingkan “dokumentasi” daripada substansi traveling, sehingga atraksi wisata sengaja dibuat dalam bentuk visual yang menarik untuk difoto (atau kalau meminjam istilah anak sekarang instagramable) dan tak berhenti melakukan inovasi (juga renovasi).
Menariknya, tak hanya tempat wisata bersejarah yang memoles diri, pusat-pusat perbelanjaan pun tak mau ketinggalan. Tak sedikit mall-mall di Penang yang membiarkan tembok-temboknya dicat dengan lukisan 3D agar menarik untuk difoto. Demikian juga dengan hotel-hotel. Alhasil, hampir setiap sudut kota Georgetown menarik untuk diabadikan.
Di sisi lain, Penang juga direkomendasikan sebagai kota kuliner yang wajib dijajal. Keragaman citarasa di Penang memang layak diacungi jempol. Hanya dalam hitungan langkah, kita akan berpindah dari satu taste ke taste yang lain. Dari gurihnya nasi lemak ke rasa khas menu peranakan, hingga pekatnya rempah nasi kandar dan legitnya manisan di Little India. Semuanya bisa dicoba tanpa perlu jauh melangkah. Tak berlebihan rasanya jika dikatakan bahwa Penang adalah surga bagi mereka yang gemar berfoto dan jajan (seperti saya 😆).
Jadi, kapan ke Penang (lagi)?
Leave a Reply