Saya rindu hujan,

Saya kangen pada aroma tanah basah yang dibawa gerimis

Pada rintik yang turun satu-satu

Pada riak genangan air yang membasahi jalanan berdebu

Saya rindu hujan..

Rindu menatap dari balik jendela berteman teh dan tawa

Rindu bergelung dalam selimut lama-lama

Bukannya saya tak cinta matahari

Saya suka kehangatan dan optimisme yang dipancarkan surya

Tapi saya tak suka gerah yang menyiksa

Membuat badan cepat lengket dan bau sebelum waktunya

Saya rindu hujan,

Maka disinilah saya sekarang

Duduk berteman secangkir kopi dan sepiring kentang

Membelakangi jendela dan berharap ketika saya menoleh, hujan akan segera datang..

Kedai Kopi, sembari nunggu rapat, 13 Oktober 2009

-Hayu-

6 responses

  1. wahhhhh wahhhh

    saat saya menulis comment di blog anda ini juga sedang di depan jendela yang terbuka dengan sedikit aroma air gerimis yang baru saja menitik

    mudah mudahan intensitasnya berubah menjadi hujan ke musim hujan, hehe

  2. wah, beruntung sekali, hujan malah belum mampir ke rumah saya ni, cuma gerimis yang numpang lewat saja, heheheh
    btw, salam kenal..

  3. saya sangat suka puisinya..
    saya juga sangat sua hujan, hujan yang selalu membuat rindu..

  4. @rera: terima kasih ya, salam kenal.. 🙂

  5. Jutaan

    di jalanan
    Jutaan mulut wanita menganga minta cinta

    sampai tengah malam,
    Jutaan senyum mesti ia paksakan
    meski air liurnya menetes tak karuan

    aku bingung harus bagaimana,
    mulutku tak sampai Jutaan
    senyumku hanya satu

    lantas harus kubalas mereka dengan apa
    dengan uang, aku tak punya
    dengan doa, tentu tak ada artinya…
    kudiamkan saja, aku tak tega

    bagaimanakah aku seharusnya?

    kamar Tommy, baru 5 menit…

Leave a reply to Tommy feat Ahmad Cancel reply

The author

Hayu Hamemayu is a word bender, whose work has appeared in The Conversation Indonesia, The Jakarta Post, Media Indonesia, Kompas, Majalah Kartini, Indonesia Travel Magazine, and The Newbie Guide to Sweden among others.