Seperti udan panas gege,
Kesedihan ini hadir di hari yang belum sore
Saat matahari seperti beradu dengan hujan
Tak mau kalah meski mendung ngotot melawan
Dia sisipkan sinarnya di celah-celah gerimis
Dia paksakan bayangnya hadir di setapak yang basah
Hanya mata yang mengerjap-ngerjap tak percaya
Mengapa masih ada cahaya saat rinai hujan jelas di depan mata?
Mungkinkah rasa sakit ini seperti udan panas gege?
Seperti keangkuhan matahari yang tak mau merelakan siang?
Atau hujan yang tak mau mengerti?
Bahwa beban yang dibawanya bersama mendung mungkin mengganggu matahari?
Sepertinya, matahari sedang tak mau kompromi..
Gerimis pun tengah egois..
Maka kesedihan itu tetap saja tercipta,
Di hari yang belum juga sore,
Hadir tanpa kata,
Seperti udan panas gege..
—
Djogjakarta, 11-12 November 2008
-Hayu-
2 responses to “Udan Panas Gege”
kenapa kalau hujan, orang menjadi cenderung untuk melankolis-sentimentil?
apakah karena cuaca-nya?karena hawa-nya?karena hujan-nya? atau memang pada dasarnya kita semua adalah manusia yang sentimentil?
@dusone: kalau aku siy, emang udah dari sananya siy mas,hehehehe
hmm, tapi kayaknya rata2 manusia gitu kok..