Seperti udan panas gege,
Kesedihan ini hadir di hari yang belum sore
Saat matahari seperti beradu dengan hujan
Tak mau kalah meski mendung ngotot melawan

Dia sisipkan sinarnya di celah-celah gerimis
Dia paksakan bayangnya hadir di setapak yang basah
Hanya mata yang mengerjap-ngerjap tak percaya
Mengapa masih ada cahaya saat rinai hujan jelas di depan mata?

Mungkinkah rasa sakit ini seperti udan panas gege?
Seperti keangkuhan matahari yang tak mau merelakan siang?

Atau hujan yang tak mau mengerti?
Bahwa beban yang dibawanya bersama mendung mungkin mengganggu matahari?

Sepertinya, matahari sedang tak mau kompromi..
Gerimis pun tengah egois..

Maka kesedihan itu tetap saja tercipta,

Di hari yang belum juga sore,

Hadir tanpa kata,

Seperti udan panas gege..

Djogjakarta, 11-12 November 2008
-Hayu-

4 responses

  1. kenapa kalau hujan, orang menjadi cenderung untuk melankolis-sentimentil?

    apakah karena cuaca-nya?karena hawa-nya?karena hujan-nya? atau memang pada dasarnya kita semua adalah manusia yang sentimentil?

  2. @dusone: kalau aku siy, emang udah dari sananya siy mas,hehehehe
    hmm, tapi kayaknya rata2 manusia gitu kok..

  3. Edi Riyanto Hamongprodjo

    kaya lagunya chris cornell sunshower

    1. Saya malah kurang familiar dengan lagunya, coba saya googling habis ini 😄👌🏼

Leave a reply to dusone Cancel reply

The author

Hayu Hamemayu is a word bender, whose work has appeared in The Conversation Indonesia, The Jakarta Post, Media Indonesia, Kompas, Majalah Kartini, Indonesia Travel Magazine, and The Newbie Guide to Sweden among others.