Seperti yang sudah sering saya bilang, menulis adalah satu dari sedikit hal yang konsisten saya lakukan sejak kecil. Tapi sebenarnya, saya ini penulis otodidak, tak pernah punya latar belakang sastra, bahkan tak pernah ikut kegiatan atau pelatihan sastra semasa remaja hingga kuliah S2. Baru-baru ini saja saya punya waktu khusus juga keberadaan akses untuk terlibat dalam forum-forum dan kelas-kelas menulis.
Training kepenulisan saya, secara formal, justru di bidang jurnalistik karena latar belakang pendidikan saya yang adalah Media dan Komunikasi. Sejak SMA, saya terlibat di pembuatan buletin dan majalah sekolah. Saat S1 dan S2, saya aktif di pers mahasiswa bahkan magang/bekerja untuk beberapa media. Sementara segala bentuk tulisan berbau sastra, saat itu masih di tahap wacana saja 😄
Pernah suatu ketika di tahun 2011, saya nekat ikut lomba menulis novel. Dan tentu saja kalah, bahkan lolos shortlisted saja tidak 😆 . Kekalahan itu membuat saya mempertanyakan kapasitas kepenulisan saya, utamanya dalam hal menulis fiksi. Maka mimpi bersastra ria itu pun saya kubur lagi dalam-dalam. Baru pada 2013, saya akhirnya menulis cerpen lagi, kemudian memberanikan diri mengirimkannya ke satu lomba yang diselenggarakan oleh komunitas Retakan Kata. Cerpen saya yang berjudul Laki-laki dalam Kereta, secara mengejutkan, terpilih menjadi cerpen terbaik keempat (bahasa kerennya Harapan I 😄 ) dan menjadi salah satu karya yang dibukukan di dalam antologi Jendela-jendela Aba. Sejak itu, semangat menulis fiksi saya balik lagi meskipun faktanya, menulis masih menjadi hobi sambil lalu karena kurangnya ketersediaan waktu.
Leave a Reply