Kali Kelima

Kami pindah rumah lagi!

img_4984

Ya, awal April lalu kami pindah rumah lagi. Dan ini adalah kepindahan saya yang keempat, serta kelima untuk suami. Sewaktu mengunggah foto terakhir di Stångby beberapa waktu yang lalu, sejumlah kawan mengira kepindahan kami adalah back for good. Bahwa program S3 suami sudah selesai dan kami pulang ke Indonesia.

Itu hoax. Hehe.

Tidak terbukti valid dengan metode apapun 😄

Faktanya, kami masih di Swedia. Program suami baru menjelang seminar ketiga (dari total empat). Jadi masih separuh jalan lebih sedikit. Doakan saja semoga bisa selesai di waktu yang baik untuk semua 🙏🏼

Anyway, kami memang pergi dari Stångby. Tapi ”cuma” pindah rumah. Soal pindah-pindah rumah ini sudah pernah saya singgung sekilas di unggahan saya yang ini, tapi lebih lengkapnya akan saya bahas di sini. Siapa tahu bisa mengalihkan kepenatan dari ingar bingar Pemilu 😄

Jadi ceritanya, sejak awal April 2019 lalu kami resmi menghuni tempat baru di area Kämnärsrättan. Tepatnya di Kämnärsvägen. Meninggalkan rumah mungil di pinggiran Lund yang sudah kami tempati lebih dari setahun. Sejak 2016, kami memang pindah-pindah rumah setiap 6-12 bulan. Mengapa? Karena di Swedia, untuk menjadi penyewa tangan pertama harus mengantri. Bisa mengantri di sistem milik pemerintah, milik kampus atau milik swasta. Lama antrian ditentukan oleh jumlah orang dan ketersediaan hunian. Sehingga, antriannya bisa menahun, lebih panjang daripada jalan kenangan 😛 Apalagi di kota pelajar seperti Lund yang demand-nya cukup tinggi. Pindah-pindah rumah itu biasa. Teman saya banyak yang sampai pindah tiap tiga bulan. Atau bahkan setiap bulan karena susahnya mencari tempat tinggal permanen di Lund terutama untuk yang sudah berkeluarga (bukan indekos).

Pilihan yang paling masuk akal kemudian adalah menyewa sebagai penyewa kedua atau sublet. Model sewa begini adalah menyewa dari tangan pertama, jadi tidak perlu mengantri, cukup menghubungi si penyewa langsung melalui iklan-iklan yang dipasang. Kontrak sublet, sayangnya, hanya diperbolehkan maksimal setahun, karena secara hukum, setelah satu tahun, penyewa harusnya “naik kelas” menjadi penyewa pertama. Tapi karena sistem antrian yang sangat lama, transisi status sewa ini tidak selalu mulus. Sehingga, masih lebih banyak jumlah kaum sublet di Lund. Bahkan banyak yang bilang, di sini membeli rumah masih lebih mudah daripada menyewa rumah 😅 . Untuk kasus kami, kronologinya adalah seperti ini:

Fase Magnus Stenbocksgatan

15940854_10158137611925094_6252618037220446222_n
The neighbourhood. Photo by me.

Sewaktu saya menyusul suami di awal Desember 2016, kami menempati apartemen di tengah kota. Di jalan bernama Magnus Stenbocksgatan. Hanya sepelemparan batu dari taman utama kota Lund. Dekat dari mana-mana. Halte bus untuk ke sekolah anak saya pun hanya beberapa meter dari situ. Conveniently located lah.

Apartemen model studio ini kami sebut menara Rapunzel karena berlokasi di lantai 4 tanpa lift. Jadi bayangkan kami harus naik turun tangga berputar setiap hari 😆. Belum kalau pas belanja. Atau pas kami mau pindahan dengan koper dan menjual barang-barang yang tidak terpakai (termasuk kasur). Untungnya orang Islandia yang membeli kasur kami waktu itu ganteng kuat banget mengangkat kasur dari lantai empat 😛

Fase Stora Gråbrödersgatan

 

Juli 2017 kami pindah ke sisi kota yang lain. Tak jauh dari landmark utama Lunds Domkyrka. Lagi-lagi kami kebagian hunian di lantai 4 tanpa lift 😅. Jadi naik turun tangga masih menjadi aktivitas sehari-hari.

Menariknya, sewaktu Zaki tiba di Lund bulan Februari 2016, dia juga tinggal di area yang sama. Hanya beda lantai dan akses masuk 😅

Dengan luas lebih dari 100m persegi, apartemen ini adalah apartemen terluas yang pernah kami huni. Fasilitasnya lengkap, jendelanya lebar dan setiap pagi, kami disuguhi pemandangan matahari terbit dari balik menara Lunds Domkyrka. Cantik bukan kepalang.

Sayangnya, biaya sewanya sangat mahal. Plus, kami hanya boleh menyewa apartemen ini selama maksimal 6 bulan. Jadilah pada pergantian tahun 2018 kami pindah lagi.

Fase Stångby

 

Sejauh ini, tempat tinggal di Stångby adalah satu-satunya hunian berbentuk rumah yang kami tinggali di Swedia. Sebelum dan sesudahnya selalu apartemen. Berjarak 5 kilometer dari pusat kota, Stångby adalah kawasan khas pemukiman Swedia yang hening, nyaman dan cocok untuk keluarga. Di sini kami tinggal dengan keluarga Eriksson. Keluarga ini memang menyewakan beberapa bagian dari rumahnya. Logikanya seperti sharing house tapi dengan akses pintu, dapur, dan kamar mandi sendiri. Jadi bukan menyewa kamar saja.

Tempat di Stångby ini termasuk mungil, tapi dilengkapi dengan loft, semacam loteng terbuka, sebagai kamar tidur, sehingga masih cukup untuk kami sekeluarga. Kami menyebut rumah ini sebagai versi asli showroom IKEA karena layoutnya yang compact tapi fungsional 😄

Keluarga yang menampung kami memperlakukan kami dengan sangat baik. Hubungannya bukan lagi landlord-tenant, tapi lebih seperti kawan dan keluarga. Kami mendapatkan akses ke semua fasilitas yang ada di rumahnya: kebun, sun room, kolam renang, BBQ hingga sauna. Lingkungannya juga menyenangkan, hanya saja layanan transportasi umumnya agak jarang karena memang tidak ada kebutuhan untuk itu. Mayoritas warga naik sepeda karena jaraknya yang tidak terlalu jauh dari Lund. Alhasil, bus hanya ada di hari kerja setiap satu jam kecuali di waktu-waktu padat (pagi dan sore) dan kereta setiap setengah jam sekali (kalau akhir pekan satu jam sekali).

Fase Kämnärsvägen

 

Sudah nyaman di Stångby, akhir Januari 2019 kami menerima kabar bahwa antrian kami sudah nomor satu di sistem housing kampus. Artinya, kami sudah berhak tinggal di apartemen atas nama kami sendiri (first tenant) dengan batas waktu longgar atau bahkan tanpa batas waktu. Kami bisa saja sih tetap tinggal si Stångby, tapi melepaskan hak kontrak setelah menanti cukup lama kok sayang rasanya. Akhirnya dengan mempertimbangkan ini itu, kami pun memutuskan pindah.

Apartemen kali ini tidak mini tapi juga tidak terlalu besar. Paslah buat kami sekeluarga. Dan yang terpenting, kami lega karena dengan kontrak yang sekarang, kami tidak perlu pindah-pindah lagi, kecuali kami ingin. Akses kemana-mana juga lebih dekat dan mudah. Penantian antrian dua setengah tahun itu pun rasanya terbayar sudah 😄 Sekarang tinggal menata rumah dan menyesuaikan diri dengan tempat baru. Membuatnya senyaman dan sehomy mungkin. Menjadikannya tempat yang baik untuk beristirahat sekaligus berkarya. Karena pada akhirnya, home is the most important place in the world! 😊

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

A WordPress.com Website.

%d bloggers like this: