Beberapa bulan lalu, saya mengirimkan naskah cerita bersambung (cerber) berjudul Klub LDR ke Majalah Kartini. Tak lama kemudian bagian redaksi mengkonfirmasi bahwa cerber saya akan dimuat tapi untuk tanggal pastinya masih menunggu antrian. Saya pun tak ambil pusing. “Oke, akan saya cek kapan-kapan,” batin saya.
Pagi tadi sambil menyiapkan sarapan, iseng saya mengecek aplikasi HIGO untuk melihat apakah sudah ada unggahan baru dari Majalah Kartini. Ternyata ada dua edisi baru. Lalu saya pun mengunduhnya dan mengecek halaman cerber. Di luar dugaan saya, cerber saya ternyata sudah dimuat sejak edisi 2486 awal November lalu dan akan mengisi rubrik cerber hingga empat edisi. Sementara ini, yang sudah terbit baru dua edisi yaitu 2486 dan 2487. Dua-duanya sudah bisa didapatkan di toko buku dan kios koran terdekat atau diunduh dari aplikasi HIGO.
Untuk teman-teman yang ingin tahu isi ceritanya, saya tuliskan sinopsisnya di postingan ini. Tapi untuk versi lengkapnya, silahkan baca di majalahnya atau aplikasi digitalnya ya.
Selamat membaca 🙂
Klub LDR
Oleh: Hayu Hamemayu
Sinopsis:Â Setelah dihadapkan dengan Long Distance Relationship (LDR) untuk kelima kalinya dalam sepuluh tahun terakhir, Nes merasa dirinya kena kutuk. Apalagi sekarang, LDR yang harus dia tempuh tidak main-main. Yan, pacarnya, berangkat ke Stockholm, Swedia untuk melanjutkan studi doktoral. Yang berarti, mereka terpisah selisih waktu enam jam saat musim dingin dan jarak tak kurang dari 14.000 kilometer selama setidaknya empat tahun.
Nes merasa dirinya tak siap. Tidak setelah pengalaman LDR sebelum-sebelumnya. Yang selalu gagal karena satu atau dua hal. Tapi kali ini, Nes bertekad menjalaninya dengan sungguh-sungguh. Demi Yan. Demi keyakinannya pada keseriusan hubungan mereka. Bagaimanapun caranya, hubungan LDR kali ini harus berhasil. Titik.
Untuk mewujudkan tekadnya itu, dan agar tidak terlalu kesepian, Nes memutuskan menulis pengalaman LDRnya di blog yang kemudian mengundang perhatian dan komentar dari pembaca-pembaca senasib: Tik, enterpreneur muda yang suaminya bekerja di Kapal Pesiar; Rum, bankir kece yang pacarnya bekerja di pertambangan; Bu Kas, anggota paling senior, ibu rumah tangga yang suaminya mengelola bisnis di Dubai; dan Mbak Im, asisten rumah tangga Bu Kas yang meninggalkan suaminya di kampung halaman bersama anak-anaknya.
Dari pertemuan di dunia maya itu mereka memutuskan membuat KLUB LDR. Sebuah klub berisi sekelompok orang yang nasibnya sama: menjalani LDR baik secara sukarela maupun terpaksa. Mereka rutin bertemu sebulan sekali setiap akhir minggu kedua di Simply Cafe. Saling sharing, ngobrol, curhat, bercanda, menyemangati dan banyak lagi.
Tapi bahkan dengan teman-teman senasib pun, LDR bukanlah hal yang mudah untuk dijalani. Berbagai konflik timbul tenggelam. Baik antara mereka dengan pasangan dan di antara mereka sendiri. Dari soal mencocokkan jadwal, minim komunikasi, godaan orang yang lebih dekat hingga tekanan dari melihat keberhasilan dan kegagalan LDR anggota lain.
Apakah jarak memang membawa masalah? Atau cinta mereka sendiri tak memiliki fondasi yang kuat sejak awal? Mungkinkah mereka berhasil menjalani LDR? Atau hanya beberapa saja yang mampu bertahan?
Pada akhirnya, mereka semua akan dihadapkan pada satu pertanyaan final, benarkah cinta tak pernah kalah?
Leave a Reply