Tinggal dua bungkus tersisa.
Untuk waktu yang tak lagi lama.
Harum aroma teh melati.
Yang kuseduh tiap pagi. Mengawali hari..
Tapi aku tak sambat.
Untuk waktu yang kian dekat.
Seperti teh itu aku pasrah.
Diseduh air panas yang membuatku gerah.
Seperti teh itu waktu akan menjelma hangat.
Kian bersahabat.
Terasa manis sekaligus sepat.
Biarlah hanya dua bungkus yang tersisa.
Sepulangnya nanti, akan lebih banyak teh melati kutemui.
Untuk kuseduh saban hari.
Di kotamu, sembari mengagumi Merapi.
Perth, 22 Oktober 2012
Leave a Reply