Pagi ini saya menonton infotainment. Sangat tidak biasa. Karena biasanya saya akan lebih memilih untuk mendengarkan musik atau menyibukkan diri di dapur. Niatnya memang menghibur diri. Meski tidak sampai mati (seperti yang dibilang Neil Postman).
Tapi seperti yang sudah saya duga, saya sama sekali tidak terhibur. Saya justru amat sangat kecewa.
Jadi begini ceritanya.
Pagi ini, infotainment menyiarkan beberapa tayangan gosip. Jujur saja, saya melihatnya sambil lalu. Kadang memperhatikan, kadang tidak.
Salah satu informasi yang disampaikan pagi ini adalah tentang seorang artis, bernama Chris Salam, yang tengah bermasalah dengan seseorang perihal kerjasama bisnis dan penipuan. Ya, semacam itulah. Saya juga tidak terlalu memperhatikan.
Awalnya, informasi itu tidak jadi soal bagi saya. Hingga pada scene yang selanjutnya, informasi beralih ke keributan yang terjadi di pengadilan tempat Chris Salam tengah memperkarakan kasusnya. Beberapa orang terlibat adu mulut dan bahkan baku hantam. Sampai-sampai polisi ikut melibatkan diri.
Celakanya, sampai acara gosip itu selesai. Tidak sepatah narasi pun yang mengatakan siapakah pihak-pihak yang bersitegang itu. Apakah ada hubungannya dengan kasus Chris Salam? Apakah kasus lain atau apa?
Presenter hanya mengulang-ngulang kalimat “Antara kelompok luar dan dalam”, “Antara pihak yang berada di dalam pengadilan dan di luar” dan tidak sedikitpun menyinggung siapa mereka dan mengapa mereka berselisih.
Satu lagi bukti saya dapati pagi ini, betapa media tidak bisa menjelaskan duduk perkara sebuah peristiwa. Bahkan sekadar untuk bertanya, mereka siapa dan apa masalahnya.
Sehingga, kebutuhan audiens menjadi tidak terjawab. Bukannya memperoleh informasi yang mengurangi tingkat ketidakpastian, audiens justru berada dalam situasi yang semakin tidak pasti.
Barangkali, dalam kasus-kasus seperti ini, thesis Neil Postman harus diubah. Jika dia mengatakan bahwa televisi telah membuat orang (hanya) menghibur diri sampai mati, maka untuk konteks infotainment tadi pagi, orang bahkan sudah mati sebelum menghibur diri.
Ah, media.
Leave a Reply