Senja tak selalu ada

Senja tak selalu ada saat kita bersama

Mungkin sekali waktu, dia ingin membiarkan kita berduaan saja

Agar bisa berbagi cerita, tanpa takut diketahui olehnya..

Tapi sore itu

Senja mengintip malu-malu

Mungkin dia hanya ingin tahu

Luka apa yang membekukanku malam lalu..

Atau dia membaca pesan yang kusampaikan

Pada awan yang mengirimiku hujan

Tentang kesedihan sesaat yang dibawa hari yang belum sore

Kesedihan yang hadir seperti udan panas gege

Kini dia tahu

Kita (sudah) baik-baik saja

Maka dia merelakan malam menjemputnya

Dan meminta bulan pucat untuk menggantikannya

“Awasi mereka”, mungkin itu kata yang sempat dia bisikkan

Lalu bulan putih di atas sana seperti berkata:

“Senja senang kalian baik-baik saja”

Masjid Kampus UGM, 12 November 2008

-Hayu-

Advertisement

6 responses to “Senja tak selalu ada”

  1. Hay… ada lagi nih yang sama. Sama-sama menganalogikan peristiwa kehidupan dengan sang alam. Ada “Badai Pasti Berlalu: Sebuah Metafora” di dalam blogku. Salut deh.. puisimu bagus-bagus. Kadang aku ngerasa mentok cari analogi. Mungkin karna aku orangnya juga kurang suka basa-basi. Just like my blog: apa adanya Adhya.

  2. hahahaha, kita emang sama ;p. Pas kapan gt Imam jg bilang: “kowe makin hari kok makin mirip adhya tho”? hehehehehe
    anyway, terima kasih pujiannya, oke, kutengok blogmu segera!! ^_^

  3. ini Hayu yg kukenal bukan ya?

  4. udan panas gege, tetap bawa rindu yang purba hay? ^-^

  5. yoi dear winda, hehehehe

  6. Iya Hang.. itu Hayu teman nge-LO kita.. btw Hay, add YMku donk..adhyaku@yahoo.com

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

A WordPress.com Website.

%d bloggers like this: