Di dunia ini–menyepakati Ashadi Siregar–ada dua tipe/jenis manusia. Pertama, manusia sekolah. Kedua, manusia pembelajar.
Manusia sekolah ibarat sebuah gentong. Dia diisi dengan air sedemikian rupa–oleh seseorang yang lazim disebut guru–hingga penuh. Kemudian ketika sudah penuh, dia akan diuji, untuk mengukur sejauh mana pemahamannya (serapannya) atas air tersebut.
Logika dari manusia sekolah adalah ketika manusia tersebut dianggap sebagai entitas pasif, yang menerima saja apapun yang dituangkan padanya. Mereka tidak memiliki daya, bahkan tak perlu mempunyai usaha, untuk mencari “isi”nya sendiri.
Biasanya, logika-logika ini akan ditemui ketika kita masih TK, masih SD, atau bahkan SMP. Asumsi-asumsi yang mendasarinya adalah, pada waktu-waktu tersebut, kita belum bisa mencari sendiri. Harus ditunjukkan, harus diarahkan, kita hanya mengikuti dan menerima.
Selepas masa itu, kita diharapkan bisa menggali sendiri. Kita bisa mencari petunjuk dengan belajar mandiri, atau kalau istilah kerennya “andragogi”: belajar dengan cara dewasa.
Maka, jadi aneh kalau ternyata di dunia kuliah, kita masih menemukan mahasiswa-mahasiswa yang seperti gentong. Berharap diisi dan tak berusaha untuk mencari. Padahal, di fase ini, harusnya kita telah menjadi manusia pembelajar, menjadikan pendidikan sebagai proses inquiry: pencarian.
Tapi, apa mau dikata, jika masih banyak mahasiswa yang sibuk mengeluh karena gentongnya tak terisi. Hanya karena mereka tak paham logika pencarian tersebut. Mereka berharap semua ditumpahkan kepada mereka. Sementara akses mereka untuk mencari sendiri sebenarnya jauh lebih luas. Apa sih yang ga bisa ditemukan di internet? Apa tho susahnya membaca buku-buku di perpustakaan? Apa juga yang tidak bisa dijawab oleh mbah Google?
Saya kira, sekarang jalan untuk mencari itu makin terbuka lebar. Jauh lebih mudah daripada ketika internet belum ditemukan. Lalu kenapa kita tidak berusaha mencari sendiri. Sudah mengeluh bahkan sebelum melakukan apapun. Mungkin, Sri Pannyavaro benar, kemudahan itu kadang melenakan..
Anda sendiri, termasuk jenis manusia yang mana?
Leave a Reply